Kubah termasuk novel mutakhir Indonesia yang sangat bernilai sastra pada tahun 1981. Novel karya Ahmad Tohari ini mendapat anugrah hadiah dari Yayasan Buku Utama Depdikbud. Novel ini cukup mendapat perhatian dari beberapa pengamat dan peneliti sastra Indonesia dan juga sudah diterbitkan di Tokyo dalam bahasa Jepang. Di Indonesia, novel ini pertama kali diterbitkan tahun 1980 oleh penerbit Pustaka Jaya.
Tema cerita : Kisah seorang pemuda yang semasa kecilnya penuh penderitaan dan kemiskinan. Dan karena lamarannya ditolak dan terpengaruh pada hasutan menjadi seorang manusia yang pendendam dan menjadi tidak beriman. Namun demikian, krisis keimanan tersebut dicoba keras untuk dilawan dan diperbaiki.
Setting Cerita : Cerita berlatar belakang pada waktu sekitar 60-an.
Tokoh- tokoh dan watak :
Karman : seorang pemuda keturunan priyayi, namun setelah ayahnya meninggalkannya karena diciduk oleh pemuda revolusi. Karman hidup sengsara bersama Ibu dan adik perempuannya. Dia termasuk seorang pemuda yang cepat frustasi dan cepat terpengaruh oleh hasutan orang lain. Sebelum dia kembali lagi ke jalan yang benar, pemuda ini sempat menjadi orang yang pendendam dan kader PKI serta hampir hilang imannya.
Keluarga haji Bakir : Keluarga yang taat beragama dan mempunyai hati baik serta penolong. Keluarga ini kemudian menjadi keluaga angkat Karman.
Rifah : anak Haji Bakir, seorang perempuan yang taat beragama dan patuh kepada orang tua. Gadis ini adalah kekasih Karman.
Hasyim : paman Karman, yang mempunyai hati yang baik. Beliau yang menyekolahkan Karman.
Abdul Rahman : suami Rifah atau menantunya Haji Bakir yang berasal dari Pakistan yang berprofesi sebagai saudagar batu akik.
Margo dan Triman : Dua orang pemuda kader PKI, yang kemudian menjadi teman Karman. Kedua pemuda inilah yang mengahasut Karman, sehingga Karman dendam kepada keluarga haji Bakir. Dan oleh kedua orang inilah, Karman mendapat didikan komunis.
Marni : Istri Karman, seorang wanita yang tabah dan baik.
Kapten Somad : seorang kusir penjara di Pulau Buru, yang membangkitkan kembali kesadaran beragamanya Karman selama dalam penjara di Pulau Buru.
Tini : anak kandung Karman dari hasil perkawinannya dengan Marni.
Jabir : anak laki- laki Rifah hasil perkawinannya denga Abdul Rahman. Jabir ini kemudian kawin dengan Tini.
Karman hidupnya bersama ibu dan adik perempuannya setelah ditinggalkan oleh ayahnya. Ayahnya diciduk oleh para pemuda revolusi. Ayahnya ditangkap para pemuda karena tidak mau berjuang dengan para pemuda revolusi.
Karena kasihan dan sayang kepada Karman, Haji Bakir mengambil Karman untuk bergabung dalam keluarganya. Ajakan tersebut tidak ditolak oleh Karman dan diapun mulai hidup dengan keluarga Haji Bakir. Keluarga Haji Bakir sangat sayang kepadanya, karena perangai Karman yang baik dan sopan. Malah, Karman diperlakukan sama seperti anaknya sendiri, Rifah. Di samping membantu pekerjaan-pekerjaan lainnya dalam rumah tangga ,Karman juga mengasuh si Rifah. Oleh Haji Bakir, Karman disekolahkan di Sekolah Rakyat dan bersekolah sampai tamat. Setelah tamat dari sekolah Rakyat, Karman melanjutkan ke SMP berkat pertolongan biaya dari Pamannya, yaitu Hasyim seorang mantan laskar Hasbullah.
Tamat dari SMP, Karman tidak mampu melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi dengan alasan tidak mempunyai biaya. Nah, dimasa tenggang ini, Karman kedatangan Triman, seorang kader PKI yang berjanji akan memberikan pekerjaan pada Karman. Betapa gembiranya hati Karman karena telah mendapatkan penawaran tersebut.
Kemudian, keduanya menjadi dua orang sahabat yang karib. Secara perlahan-lahan namun pasti, Triman yang dibantu temannya yang lain berhasil memasukkan ajaran komunis kepada Karman. Lama kelamaan pengaruh ajaran komunis itu, semakin membesar dalam jatidiri Karman. Hal tersebut dibuktikan yaitu ketika lamarannya untuk menikahi Rifah ditolak secara halus oleh Haji Bakir. Padahal, penolakan tersebut bukan berarti Haji Bakir tidak suka bermenantukan Karman namun, karena lamaran Karman terlambat oleh seorang pemuda Pakistan yang terlebih dahulu melamar Rifah. Pemuda tersebut bernama Abdul Rahman. Dia adalah saudagar batu akik. Namun, karena hasutan yang begitu kuat oleh Triman dan Margo, alasan Haji Bakir itu tidak bisa ia terima. Dia sangat benci dan dendam kepada Haji Bakir, namun cintanya kepada Rifah masih tetap membara di hatinya.
Karena kekecewaanya itu, hati dan pikiran Karman menjadi berantakan. Dia sangat frustasi. Dalam keadaan yang begitu, Triman dan Margo dapat dengan mudah mengajarkan ajaran-ajaran komunis ke dalam diri Karman. Hal itu,telah membuat Karman menjadi seorang kader PKI. Setelah suami Rifah meninggal dunia karena tabrakan, Karman segera melamar Rifah untuk yang kedua kalinya. Namun, lamarannya ditolak yang kedua kalinya oleh Haji Bakir, sebab dalam penglihatan Haji Bakir Karman sekarang bukanlah Karman yang dulu lagi. Dia sudah menjadi kader PKI dan dia sudah meninggalkan sholat sebagai seorang muslim. Hal itu membuat dendam Karman kepada Haji Bakir makin menggumpal saja. Selanjutnya oleh Triman dan kawan- kawan PKI nya, Karman diangkat menjadi sekretaris PARTINDO, sebuah organisasi di bawah payung komunis.
Sebagai seseorang yang berpengaruh dalam PKI, Karman hampir berubah total sikap hidupnya. Dia hampir sudah tidak punya iman kepada Tuhan. Pandangannya terhadap orang lain di luar komunis begitu sinis dan kasar. Malah pamannya sendiri, dia sudah berani menentang dan melawan.
Hatinya sedikit terobati ketika muncul seorang gadis yang bernama Marni. Kedua insan tersebut akhirnya menikah secara resmi sampai mempunyai seorang anak, yaitu Jabir. Tapi, akibat kiprah organisasi di Partindo dalam mendukung sebuah revolusi fisik yang dilakukan PKI terhadap Pemerintah, Karman terpaksa melarikan diri. Namun, Dia tertangkapa sebulan kemudian. Namun, sewaktu ditangkap Karman sedang sakit parah sehingga dia tidak dijatuhi hukuman mati, karena para penangkapnya merasa iba terhadap Karman. Akhirnya, Karman dijatuhi hukuman buangan ke Pulau Buru.
Selama menjalani pembuangan di Pulau Buru, secara berangsur- angsur kesadaran Karman sebagai manusia yang shaleh akhirnya muncuk kembali. Hal tersebut berkat kerja keras Kapten Somad yang selalu mengajarkan masalah-masalah agama kepada Karman. Dia mulai menyadari segala penderitaan yang selama ini menimpanya adalah semua cobaan dari Tuhan Yang Maha Kuasa terhadap hambanya, agar hamba- Nya mempunyai iman yang kuat. Semua itu harus diterima dengan lapang dada. Makanya, sewaktu datang surat dari Marni istrinya yang meminta izin padanya karena Marni hendak menikah lagi dengan laki- laki lain. Walaupun, Karman berat hati untuk memberikan izin pada istrinya.
Setelah habis, masa tahanan buangan di Pulau Buru, Karman kembali ke desanya. Yaitu Pagetan dengan membawa sikap hidup yang matang dan beriman. Kedatangan Karman disambut baik oleh warga Desa Pagetan. Tak lama kemudian, anak kandungnya Tini menikah dengan Jabir anak kandung Rifah. Karman sangat bahagia dengan kenyataan peneriman dirinya oleh masyarakat desa. Sebagai bukti rasa syukurnya pada Sang Pencipta Alam Semesta dan sekaligus rasa terima kasihnya pada masyarakat desa Pagetan. Karman mempersembahkan sebuah kubah masjid untuk masjid di desanya. Kubah tersebut bertuliskan:“ Hai jiwa yang tentram, yang telah sampai kebenaran yang hakiki. Kembalilah engkau kepada Tuhanmu. Maka masuklah engkau ke dalam barisan hamba- hamba- Ku.”
0 komentar:
Posting Komentar