>

Guestbook Rolling Widget

SENGSARA MEMBAWA NIKMAT

Senin, 27 Desember 2010 Label:

   Sengsara membawa nikmat merupakan roman mutakhir karya Tulis Sutan Sati. Roman ini diterbitkan oleh PN. Balai Pustaka pada tahun 1929.


Tema Cerita : Masalah kesabaran seseorang dalam menghadapi segala macam cobaan.
Setting Cerita           : Padang, Jakarta, Bogor, dan Medan.
Tokoh- tokoh dan Watak :
Midun             : seorang pemuda yang berperangai sopan, taat beragama.
Kacak :seorang pemuda yang mempunyai sifat dan tingkah laku kurang baik. Dia angkuh, kasar, serta suka berfoya-foya.
Tuanku Laras : seorang Kepala Kampung yang sangat kaya. Dia sangat ditakuti dan disegani di kampungnya.
Haji Abbas      : seorang penghulu dan guru ngaji sera guru silat.
Maun              :  seorang pemuda berbudi, sopan, serta taat kepada agama. Dia sahabat karib Midun
Halimah          : seorang gadis yatim. Dia tinggal dengan ayah tirinya yang kaya raya. Dia termasuk perempuan berbudi dan taat pada agama.
Syekh Abdullah Al-Hadramut : saudagar kaya keturunan arab. Hatinya kurang baik. Dia terkenal sebagai seorang rentenir.
Tuan Hoofdcommissaris: seorang kompeni dengan jabatan sebagai kepala Komisaris. Dia mempunyai hati yang baik.
Pak Karto       :seorang sipir penjara tempat Midun sewaktu dipenjara di Padang. Dia mempunyai hati yang baik.
Manjau           : pemuda baik-baik, dia adik kandung Midun.

  
Ringkasan Cerita :
Kacak yang merasa mamaknya seorang Kepala Desa,  selalu bertingkah sombong. Dia selalu ingin menang sendiri dan tidak senang melihat orang lain bahagia. Hal itu membuat Kacak kurang disukai orang-orang di kampungnya. Lain dengan Midun walaupun anak orang miskin, namun perangainya sopan dan baik. Ia pun juga mahir silat sehingga orang-orang di kampung menyukai dirinya dan baik kepadanya.
Midun yang disukai banyak orang, membuat Kacak begitu iri dan dengki pada Midun. Sering dia berusaha untuk mencelakakan Midun dengan cara mencari gara-gara agar Midun marah padanya. Namun, Midun selalu menghindar ketika diajak Kacak untuk berkelahi. Midun bukan takut kalah berkelahi dengan Kacak, tapi karena dia tidak ingin berkelahi. Ilmu silat yang dimilikinya adalah hasil belajarnya kepada Haji Abbas dan bukan untuk berkelahi. Namun, hanya sebagai usaha untuk membela diri.
Suatu hari istri Kacak terjatuh ke dalam sungai. Untung saja, Midun berada di tempat kejadian dan ia dengan cepat menolong istri Kacak. Berkat pertolongannya, istri Kacak selamat namun Kacak malah menuduh Midun hendak memperkosa istrinya. Kacak menantang Midun berkelahi. Ternyata perkelahian itu dimenangkan oleh Midun. Kacak pun semakin marah pada Midun kemudian Kacak memfitnah Midun dan melaporkan semuanya pada Tuanku Laras. Midun pun terpaksa mendapat hukuman dari Tuanku Laras. Midun diberi hukum dengan cara harus bekerja di rumah Tuanku Laras tanpa mendapat gaji. Kacak semakin bahagia karena ia ditugaskan untuk mengawasi Midun selama menjalani hukuman. Kacak pun tidak menyia- nyiakan kesempatan itu. Hampir tiap hari Midun diperlakukan kasar. Pukulan dan tendangan Kacak tiap hari menghantam Midun. Juga segala macam-macam hinaan yang mampir di telinga Midun. Namun, Semua perlakuan Kacak diterima Midun dengan penuh kesabaran.
Walaupun Midun telah mendapat hukuman dari mamaknya, namun Kacak belum juga puas. Dia tidak rela jika Midun masih berada di kampungnya. Ternyata, hal itu masih menghalangi niat Kacak dan teman - temannya yang hendak berbuat semaunya di kampung. Ia pun hendak melenyapkan Midun untuk selama-lamanya. Kacak pun membayar beberapa pembunuh bayaran untuk melenyapkan Midun. Usaha itu dilakukan ketika di kampung itu didakan suatu perlombaan kuda. Saat Midun dan Maun sedang membeli makanan di warung kopi tiba – tiba Mereka menyerang Midun dengan sebilah pisau.
Untung saja, Midun berhasil mengelak namun perkelahian itu  tidak bisa dihindari. ketika polisi datang, perkelahian itu berhenti. Midun dan Maun dibawa ke kantor polisi. Setelah diperiksa, Maun dibebaskan. Sedangkan Midun dinyatakan bersalah dan wajib mendekam dalam penjara di Padang. Mendengar kabar itu betapa senangnya hati Kacak karena tak ada lagi orang yang berani menjadi penghalangnya.
Selama di penjara, Midun mendapat berbagai siksaan dari para sipir penjara dan para tahanan lainnya. Para tahanan tidak lagi berani mengganggunya ketika suatu hari Midun mengalahkan tahanan yang dianggap jagonya.
Suatu hari, ketika Midun sedang menyapu jalan. Dia melihat seorang gadis cantik sedang duduk melamun di bawah pohon kenari. Setelah gadis itu pergi, ternyata kalung yang dikenakan si gadis jatuh di bawah pohon. Midun mengembalikan kalung itu ke rumah si gadis. Gadis itu bernama Halimah. Setelah pertemuan itu, mereka sering bertemu. Mereka saling cerita pengalaman hidup. Halimah bercerita dia tinggal bersama ayah tiri. Dia merasa tidak bebas dan hendak pergi dari rumah. Dia berharap agar tinggal bersama ayah kandungnya lagi di Bogor. Setelah keluar dari penjara, Midun membawa lari Halimah ke Bogor. Usahanya itu dibantu Pak Karto, seorang sipir penjara yang baik hati. Akhirnya, Mereka pun saling jatuh cinta.
Hampir dua bulan Midun tinggal bersama keluarga Halimah di Bogor. Ayah kandung Halimah bersikap baik terhadapnya. Midun pun merasa tidak enak jika hanya tinggal makan dan minum saja. Kemudian, Ia pergi ke Jakarta untuk mencari pekerjaan. Dalam perjalanan, Midun berkenalan dengan saudagar kaya yang bernama Syekh Abdullah Al- Hadramut. yang berprofesi sebagai  rentenir. Tanpa pikir panjang, Midun pun mau menerima uang pinjaman Syekh.
Kemajuan,  usaha dagang Midun yang pesat membuat Syekh iri hati. Dia menagih hutang Midun dengan bunga yang tinggi sekali. Tentu Midun tidak bersedia membayarnya. Rupanya Syekh menagih dengan cara lain. Dia bersedia melunasi hutang Midun dengan syarat Midun menyerahkan Halimah untuk dijadikan istrinya. Tawaran Syekh membuat Midun marah besar. Karena gagal lagi,  Syekh mengajukan Midun ke meja hijau. Akhirnya, Midun diadili dengan tuntutan hutang. Dalam persidangan Midun dinyatakan bersalah. Midun pun kembali masuk penjara.
Tepat di hari Midun bebas, Midun jalan-jalan ke pasar. Di pasar,  ia melihat ada keributan. Ada seorang pribumi mengamuk menyerang seorang Sinyo Belanda. Tanpa pikir panjang Midun langsung menolong Sinyo Belanda itu. Sinyo Belanda itu sangat berterima kasih pada nya.Oleh Sinyo Belanda, Midun piperkenalkan kepada orang tuanya. Ternyata orang tua Sinyo Belanda adalah seorang Kepala Komisaris yang bernama Tuan Hoofdcommissaris. Sebagai ucapan terima kasih karena telah menolong anaknya, Midun pun diberi pekerjaan sebagai juru tulis.
Setelah mendapat pekerjaan, Midun pun melamar Halimah. Mereka menikah di Bogor. Prestasi kerja Midun begitu baik di mata pimpinannya. Kemudian, ia diangkat menjadi Kepala Mantri Polisi di Tanjung Priok. Dia pun langsung ditugaskan menumpas para penyelundup di Medan. Selama di Medan, Midun bertemu dengan adiknya, Manjau. Manjau benyak bercerita tentang kampung halamannya. Midun begitu sedih mendengar kabar keluarganya di kampung yang hidup menderita. Oleh karena itu ketika dia pulang ke Jakarta, Midun langsung minta ditugaskan di kampung halamannya. Permintaan Midun pun dipenuhi oleh pimpinannya.
Kepulangan Midun ke kampung, membuat Kacak sangat gelisah. Saat itu, Kacak sudah menjadi penghulu di kampung mereka. Kacak pun gelisah sebab dia takut kalau perbuatannya menggelapkan kas negara akan terbongkar. Dia yakin, kalau Midun akan berhasil membongkar perbuatannya itu. Tidak lama kemudian. Kacak ditangkap. Dia terbukti telah menggelapkan uang kas negara yang ada di Kampungnya. Akibatnya Kacak masuk penjara atas perbuatannya itu.
Kini,  Midun hidup berbahagia bersama istri dan seluruh keluarganya di kampung.

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

wibiya widget

 
Kedai Roman Indonesia © 2010 | Designed by My Blogger Themes | Blogger Template by Blog Zone