>

Guestbook Rolling Widget

TELEGRAM

Senin, 06 Desember 2010 Label:

   Telegram merupakan novel Indonesia yang mutakhir. Novel ini dianggap oleh beberapa pengarang sebagai sebuah novel yang menarik karena membawa corak baru dalam penulisan novel. Novel ini adalah salah satu karya dari seorang Putu Wijaya, dan sekaligus menjadi novel yang terbaik dari karya- karya Putu Wijaya yang lain. Novel ini menjadi juara pertama dalam sayembara yang diadakan oleh Panitia Tahun Buku 1972. Novel Telegram juga sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan Jepang ini pertama kali terbit tahun 1973 yang diterbitkan oleh Pustaka Jaya.


Tema cerita        : Masalah psikologis manusia di zaman modern.
Setting Cerita    : Sebuah kota metropolitan di Bali.
Tokoh- tokoh dan watak :
Si Lelaki                : seorang pemuda bali yang merantau ke kota metropolitan jakarta. Namun, apabila si lelaki melihat telegram pasti dia ketakutan. Dia selalu menganggap bahwa isi telegram itu pasti tanda malapetaka ataupun bencana.
Sinta : Gadis kecil, anak angkatnya si lelaki.
Ibu Kandung Sinta : Seorang wanita tuna wiswa.
Nurma : Pelacur murahan, yang sering bercinta dengan si Lelaki.
Rosa : Kekasih impian si Lelaki
Sang Bibi : Bibinya si Lelaki atau ibu kost nya si Lelaki.
 Ringkasan Cerita:
Seketika itu, si Lelaki keturunan Bali mempunyai firasat akan menerima telegram dari kampungnya. Walaupun, sebenarnya surat telegram itu belum diterimanya, namun dia merasa bahwa surat telegram itu pasti isinya hal- hal istimewa, dan malapetaka. Ternyata, isi telegram itumengabarkan bahwa ibunya meninggal dunia. Baru setelah itu, pikiran- pikiran yang demikian tentang telegram melayang di pikirannya apabila akan mendapat telegram.
Kesadaran si lelaki lenyap begitu saja oleh khayalan- khayalan yang ia ciptakan sendiri. Dalam Khayalannya bahwa dia betul- betul menerima telegram dari kampung, isinya ibunya meninggal dunia. Dan berarti malapetaka baginya. Masalahnya, dia pasti berkewajiban mengurus pangabenan ibunya, mengurus beberapa hektar tanah, tiga buah rumah dengan semua penghuninya dan tugas berat lainnya yang harus dia pikul sebagai seorang kepala keluarga. Semuanya wajib ia lakukan, sebab kalau tidak itu berarti dia putus hubungan dengan keluarganya. Jelas, hal tersebut tidak ia harapkan. Tapi, kalau dilaksanakan jelas hal tersebut berarti malapetaka baginya. Si Lelaki bagaikan masuk dalam lingkaran syetan, bagaikan disuruh makan buah simalakama, dimakan mati tidak dimakan juga mati
Sewaktu Sinta, anak pungutnya menanyakan isi telegram itu. Si Lelaki itupun terpaksa berbohong kepada sinta bahwa isi telegramnya bahwa mendapat kabar dari Pamannya di Surabaya hendak datang ke Jakarta dan minta dijemput di Stasiun Gambir.
Dia pun langsung berpura- pura, bersiap- siap hendak pergi ke Stasiun Gambir untuk menjemput familinya itu. Dia tidak tahu bahwa sebenarnya Sinta sudah mengetahui isi telegram tersebut. Sehingga, ketika Sinta mendesaknya, terpaksa dia harus mengakui yang sebenarnya. Akhirnya, keduanya sepakat untuk segera bersiap- siap ke Bali.
Sebelum berangkat tiba- tiba muncul masalah baru, yaitu ibu kandung Sinta kembali. Awalnya, si Lelaki menolak mentah- mentah permintaan ibu kandung Sinta. Namun, akhirnya keduanya sepakat untuk menyerahkan pilihannya itu pada Sinta. Belum selesai masalahnya dengan ibu kandung Sinta, datang lagi masalah baru , yaitu tiba- tiba dia akan merasa takut akan penyebab kesehatannya yang makin menurun, di mana dia berpikir pasti penyakit itu datangnya dari Nurma, pelacur yang sering ditidurinya. Dia mengidap penyakit Raja Singa. Dia semakin takut, karena dia menyaksikan sendiri temannya yang melahirkan anak yang cacat.
Sekarang, si Lelaki itu mengalami depresi kejiwaan. Antara realita dan khayalan, telah menjadi satu dalam dirinya. Tiba- tiba kepalanya teringat akan kekasihnya, Rosa. Dikarenakan dalam tiga bulan lagi, dia akan menikahi Rosa. Tapi,Rosa memutuskan hubungannya dengan si Lelaki. Padahal, sebenarnya itu karangan fiktif belaka.
Karena, khayalannya itu. Si Lelaki itu sampai bingung membedakan mana yang nyata dan yang tidak nyata. Dia sendiri merasa bahwa dirinya telah gila. Begitupun, dengan tukang warung melihat perilaku si Lelaki yang berteriak : “Aku Waras !”
Meskipun, dia sudah berteriak bahwa dirinya tidak gila. Namun, alam bawah sadarnya masih tetap saja muncul. Dia masih saja berada di khayalannya, yaitu dimana dia dan Sinta sudah bersiap- siap pergi ke Bali. Rumahnya pun sudah dititipkan kepada Bibinya. Begitupun,  tiket pesawat yang telah ia pesan.
Tiba- tiba saja, terdengar suara ketukan pintu dari luar. Si Lelaki pun terkejut karena, dirinya sedang mengkhayal. Dia segera bergegas membukakan pintu, ternyata dia mendapat sepucuk telegram dari Bibinya yang berisi bahwa Ibunya telah meninggal dunia.
Petikan penggalan yang berwarna biru, ternyata cerita yang sebenarnya dan yang sedang terjadi. Khayalan- khayalannya bahwa dirinya terkena penyakit raja singa dan akan menikahi Rosa. Memang, belum terjadi dan hanyalah fiktif belaka.

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

wibiya widget

 
Kedai Roman Indonesia © 2010 | Designed by My Blogger Themes | Blogger Template by Blog Zone